Sabtu, 24 Maret 2012

66 Tahun yang Lalu


Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api 
Bagaimana mungkin kita bernegara
bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya
bagaimana mungkin kita berbangsa
bila tidak mampu mempertahankan kepastian hidup bersama ?
Itulah sebabnya
kami tidak ikhlas
menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
sehingga menjadi lautan api
Kini batinku kembali mengenang
udara panas yang bergetar dan menggelombang,
bau asap, bau keringat
suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan kaki
langit berwarna kesumba
Kami berlaga
memperjuangkan kelayakan hidup umat manusia.
kedaulatan hidup bersama adalah sumber keadilan merata
yang bisa dialami dengan nyata
mana mungkin itu bisa terjadi
di dalam penindasan dan penjajahan
manusia mana
akan membiarkan keturunannya hidup
tanpa jaminan kepastian?
Hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah
hidup yang diperkembangkan
dan hidup yang dipertahankan
itulah sebabnya kami melawan penindasan
kota Bandung berkobar menyala-nyala tapi kedaulatan
bangsa tetap terjaga
Kini aku sudah tua
aku terjaga dari tidurku
di tengah malam di pegunungan
bau apakah yang tercium olehku?
Apakah ini bau asap medan laga tempo dulu
yang dibawa oleh mimpi kepadaku?
ataukah ini bau limbah pencemaran?
Gemuruh apakah yang aku dengar ini?
apakah ini deru perjuangan masa silam
di tanah periangan?
ataukah gaduh hidup yang rusuh
karena dikhianati dewa keadilan.
Aku terkesiap
sukmaku gagap
apakah aku dibangunkan oleh mimpi?
Apakah aku tersentak
oleh satu isyarat kehidupan?
Di dalam kesunyian malam
aku menyeru-nyeru kamu, putera-puteriku
Apakah yang terjadi?
Darah teman-temanku
telah tumpah di Sukakarsa
di Dayeuh Kolot
di Kiara Condong
di setiap jejak medan laga.
Kini
kami tersentak,
terbangun bersama.
putera-puteriku, apakah yang terjadi?
apakah kamu bisa menjawab pertanyaan kami?
Wahai teman-teman seperjuanganku yang dulu,
apakah kita masih sama-sama setia
membela keadilan hidup bersama
Manusia dari setiap angkatan bangsa
akan mengalami saat tiba-tiba terjaga
tersentak dalam kesendirian malam yang sunyi
aan menghadapi pertanyaan jaman:
apakah yang terjadi?
apakah yang telah kamu lakukan?
apakah yang sedang kamu lakukan?
Dan, ya, hidup kita yang fana akan mempunyai makna
dari jawaban yang kita berikan.
Oleh : W.S. Rendra




Sepenggal sajak dari W.S. Rendra yang membangkitkan kenangan akan 66 tahun yang lalu. Dulu para pejuang berjuang sampai titik darah penghabisan. Mencoba mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa dengan segala cara. Sampai-samapi mereka rela membumihanguskan kampung halaman tercinta demi menjaga harga diri.

Apa yang dilakukan para pemegang kekuasaan sekarang. Korupsi tidak ada habisnya, rakyat malah dibebani sana sini, terlalu mengandalkan kekuatan asing dan lebih mendukung investor asing. Kemana harga diri kita sebagai bangsa. Sudah hilangkah kebesaran bangsa kita. Apa semua itu hanya tinggal kenangan belaka.

Para mahasiswapun sama saja. Sebagai penyambung lidah rakyat, melihat kelakukan pemerintah seperti sekarang mereka tidak banyak bicara. Kemana kredibilitas kalian. Apa yang kalian pikirkan hanya masalah IP saja? Kalau memang ia, buat apa kalian menjadi mahasiswa. Tugas yang diemban mahasiswa bukan hanya menuntut ilmu, tapi juga menuntut para pemimpin bangsa jika mereka sudah tidak kredibel lagi.

Ingatlah kawan, kita semua ada atas jasa orang-orang terdahulu. Jangan kesampingkan perjuangan mereka. Ingat dan ukirlah dalam jiwa kalian bahwa kalian adalah para penerus bangsa. Orang yang nantinya akan menggantikan pemimpin-pemimpin kita saat ini.

Semoga momen Bandung Lautan Api ini dapat membakar kembali semangat kemahasiswaan setiap mahasiswa. Jangan mau di-stir sebagai insan yang masih bebas politik. Mari kita terus kritisi kebijakan pemerintah dan aspirasikan suara-suara rakyat!

HIDUP MAHASISWA...
HIDUP MAHASISWA...
HIDUP RAKYAT INDONESIA...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar